
Imagine adalah Lagu Wajib Komunis!
Agak ngawur memang, namun saya rasa saya cukup imajinatif untuk memikirkan hal ini, bahwa John Lennon dan Yoko Ono adalah seorang komunis, atau kerasukan entah Marx serta Engels maupun Lenin, saat mereka mengerjakan lagu Imagine. Imajinasi Lennon dan Ono mengenai kehidupan manusia dalam lagu ini saya andaikan sama dengan utopi Marx tentang pembebasan umat manusia. Semangat materialisme yang diusung dalam lagu ini pun senada dengan filosofi Marx yang materialis, “Imagine there’s no heaven, it’s easy if you try. No hell below us, above us only sky. Imagine all the people living for today”. Lirik ini seakan menjadi konfirmasi bagi pemikiran Marx, “Religion is the opium of the people”, agama adalah candu, sebuah ungkapan yang sering dikutip untuk mendiskreditkan Komunisme. Kutipan ini seharusnya dipahami secara kontekstual, sebagai kritik atas agama, bahwa agama dalam masyarakat berfungsi seperti opium pada seorang pasien yang sakit atau terluka. Dalam hal ini, agama berfungsi untuk mengurangi rasa penderitaan seseorang dan memberikan ilusi-ilusi menyenangkan yang membuat mereka bisa melanjutkan hidup. Marx pun melihat bahwa agama adalah sesuatu yang berbahaya, sebagai sesuatu yang menghalangi orang-orang untuk melihat struktur kelas sosial dan penindasan yang terjadi di sekitar mereka, dengan begitu agama dapat menjadi penghalang bagi terjadinya revolusi yang diperlukan.
Bagi saya, lagu ini sungguh radikal, lagu yang easy listening, sederhana, namun radikal. Saya mencoba mencermati lirik lanjutan lagu ini, “Imagine there’s no country it isn’t hard to do, nothing to kill or die for, and no religion too. Imagine all the people living life in peace”. Selain mengandaikan tidak adanya agama, lirik lagu tersebut juga mengandaikan kehidupan manusia yang damai tanpa adanya negara. Radikal sekali! Hal ini sejalan dengan idealisme marxis, jika bukan komunis, yang bercita-cita untuk melenyapkan negara dan menciptakan tatanan masyarakat komunis tanpa adanya struktur kelas sosial.
Dengan dasar pemikiran marxis, negara dilihat sebagai sebuah produk yang dihasilkan oleh suatu kelas sosial tertentu yang mendominasi bidang ekonomi dan politik. Negara adalah produk ciptaan kelas yang menindas sebagai upaya untuk menundukkan kelas yang tertindas. Kemudian, dengan perspektif materialisme historis, negara selalu menjadi milik kelas-kelas yang berkuasa sesuai dengan cara-cara produksi yang eksis pada masa itu. Milik para tuan tanah pada masa feodal, milik borjuasi pada masa kapitalisme. Dengan begitu, negara adalah konsekuensi atas masyarakat dengan kelas sosial yang berbasiskan pada kepemilikan privat. Cita-cita komunisme adalah untuk menghapuskan kelas-kelas sosial ini, dan ketika negara sudah tidak dibutuhkan, dia akan lenyap dengan sendirinya. Semangat penghilangan kelas sosial, dan dengan begitu penolakan terhadap kepemilikan privat ini kemudian diadopsi pula dalam lagu Imagine. “Imagine no possession, i wonder if you can. No need for greed or hunger, a brotherhood of man. Imagine all the people sharing all the world”.
Mimpi-mimpi komunisme ini tampaknya hanya menjadi olok-olok bagi kaum borjuis. Saya sendiri pun pesimis bahwa suatu hari masyarakat yang tanpa kelas dan penuh dengan perdamaian akan tercipta, Imagine pun mengungkapkan sedikit pesimisme ini, “You may say i’m a dreamer…”. Namun, tampaknya pesimisme memang sebuah gambaran untuk memahami realitas. Ungkapan yang bernuansa pesimistis ini kemudian dilanjutkan dengan sebuah harapan dan ajakan untuk membangun kehidupan yang lebih indah. “…but i’m not the only one. I hope someday you’ll join us, and the world will be as one”.
Bermodalkan pemikiran yang ngawur dan pengetahuan marxisme yang minim, saya berimajinasi bahwa dengan cita-cita sosialisme, seluruh gerakan perlawanan di dunia akan menemui kemenangannya dan menyanyikan Imagine. Bayangkan, jutaan orang sing along di jalanan, menyanyikan lagu Imagine. Marx, Engels, Lenin tentu akan bangga, juga John Lennon dan Yoko Ono pastinya. Gelombang protes dari berbagai gerakan di berbagai belahan dunia kemudian membuat saya ingin menjadi lebih optimis, bahwa masyarakat komunis akan tercipta entah kapan. Slavoj Žižek, dalam sebuah wawancara mengenai gerakan protes yang terjadi di berbagai penjuru dunia, mengungkapkan perlunya kembali bertolak pada sebuah proyek ‘kiri tradisional’ mengenai solidaritas kesejahteraan global yang dikombinasikan dengan perjuangan-perjuangan lainnya. Communism will win.